B U K I T T I N G G I
detail news

29 Oct,2020 23:10

Refleksi 92 Tahun Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober merujuk pada peristiwa sejarah dimana pada tanggal tersebut diselenggarakan Kongres Pemuda II yang diikuti oleh organisasi pemuda/organisasi pelajar di seluruh Nusantara. Keputusan Kongres Pemuda II tersebutlah yang kita kenal sampai saat ini sebagai Sumpah Pemuda. Kemudian peristiwa sejarah lainnya yang tidak kalah penting, pada Kongres tersebut jugalah lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R.Supratman diperdengarkan pertama kalinya, yang dinyanyikan oleh Theodora Athia Salim atau sering disapa Dolly Salim, anak dari K.H.Agus Salim. 


Pada saat itu, keputusan Kongres Pemuda II tersebut bisa dikatakan sebagai manifestasi pernyataan para pemuda seantero Nusantara terhadap identitas ke-Indonesia-annya, yakni bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia, serta bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sebuah pernyataan yang tidak hanya sekedar ruang gema (echo chamber) untuk kalangan tertentu saja pada masa itu, namun telah menjadi gagasan yang diusung dan diperjuangkan oleh para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.


Sungguh luar biasa para pemuda di masa itu, terutama yang menghadiri Kongres tersebut. Dari berbagai suku di Nusantara, mereka berkumpul dan membentangkan jalan pikiran untuk melebur dan menyepakati satu identitas: Indonesia. 


Di usia ke-75 tahun kemerdekaan Republik Indonesia dan 92 tahun pernyataan identitas ke-Indonesia-an tersebut kita peringati dan rayakan, mari kita bawa imajinasi kita berkelana sejenak ke masa depan, kurang lebih 10-20 tahun dari masa sekarang.


Bonus Demografi
Indonesia pada tahun 2030-2040 akan menikmati bonus demografi, yakni kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih banyak dari jumlah penduduk usia tidak produktif (usia <15 tahun dan >64 tahun). Pada periode 2030-2040 tersebut jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan sebanyak 297 juta jiwa, dimana jumlah penduduk usia produktif-nya diperkirakan mencapai 64% dari jumlah penduduk (Bappenas, 2017). 


Menurut United Nations Population Fund (UNFPA), organisasi dana penduduk di bawah naungan PBB, suatu negara dapat menikmati bonus demografi ketika atau dengan prasyarat: tingkat kesehatan penduduknya baik, penduduknya mendapatkan pendidikan yang berkualitas, tersedianya pekerjaan yang layak, dan kemandirian generasi muda-nya. Pada sumber lain, prasyarat tersebut juga ditambahkan, antara lain (ketika) penduduk usia produktif bisa terserap pada pasar kerja secara baik


Secara sederhana bisa disimpulkan, ketika prasyarat tersebut di atas tidak terpenuhi, maka bonus demografi yang seyogianya bisa menjadi keuntungan dapat beralih menjadi bencana, antara lain dalam bentuk tingginya angka pengangguran. Sebuah gambaran kondisi masa depan yang optimistis di satu sisi sekaligus suram di sisi lainnya. 

Baiklah. Mari kita kembali ke realitas saat ini. Ya, saat dimana Anda sedang membaca tulisan ini dan Covid-19 masih ada di sekitar kita.  


(Bukan) Kesimpulan
Pandemi Covid-19 masih menerpa dunia dan masih jauh dari kata usai. Para ahli epidemiologi memperkirakan masa pemulihan dari pandemi tersebut setidaknya membutuhkan waktu 2-3 tahun sejak vaksin ditemukan. Hampir seluruh negara merasakan dampak pandemi tersebut, terutama pada sektor ekonomi, tidak terkecuali Indonesia. Sementara itu, saat ini kita hanya berjarak 10 tahun dari kondisi dimana Indonesia diproyeksikan memiliki bonus demografi. Sepuluh tahun merupakan waktu yang relatif tidak terlampau lama, apalagi di tengah ketidak jelasan ujung dari pandemi Covid-19. Sungguh kondisi yang pelik, menghadirkan tantangan sekaligus ancaman dalam satu kesempatan.  


Kita tentu tidak boleh terpaku dan berpangku tangan menyikapi kondisi seperti saat ini. Bahkan, kalaupun kita berandai-andai pandemi ini tidak pernah terjadi, bukan berarti tantangan dan ancaman tidak ada menyertai perjalanan kita menuju 10 tahun ke depan. Dengan semangat memperingati hari Sumpah Pemuda, ini saatnya kita memanifestasikan pernyataan kita dan memperkokoh identitas ke-Indonesia-an kita kembali dalam menghadapi tantangan dan ancaman tersebut. Para pendiri bangsa telah membuktikan, kekuatan itu ada dalam persatuan. Mari bahu membahu menyongsong masa depan dengan rasa optimis. Kepada para pemangku kebijakan kita berharap program/kegiatan/kebijakan yang digulirkan memiliki daya ungkit dan daya angkat untuk mewujudkan bonus demografi tersebut menjelma menjadi keuntungan. Kepada para pemuda, mari persiapkan diri. Ayo BERSATU dan BANGKIT!  (Denil Dahler)